Diunduh dari Notes Facebook Kotex “Dunia Cewe” asuhan dr.Ryan
– EDISI APRIL 2010 – MINGGU 1
Seorang perempuan yang telah aktif hormone seksualnya (estrogen dan progesteron) maka setiap bulan secara periodic perempuan normal akan mengalami peristiwa reproduksi yaitu menstruasi. Menstruasi merupakan suatu proses dimana meluruhnya jaringan endometrium beserta pecahnya pembuluh darah yang bercampur dengan cairan keputihan dikarenakan tidak adanya pembuahan sel telur matang oleh sel sperma.
Peristiwa periodic ini begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua perempuan yang telah aktif hormone estrogen dan progesteron akan mengalami menstruasi. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak perempuan yang mengalami masalah disaat menstruasi itu berlangsung, salah satu di antaranya adalah nyeri haid. Dalam istilah medis, nyeri haid disebut dismenorhea. Nyeri itu ada yang ringan dan samar-samar, tetapi ada pula yang berat, bahkan beberapa perempuan merasakan mau pingsan karena tidak kuat menahannya. Separuh dari perempuan merasa terganggu oleh nyeri haid ini.
Dismenorhea secara medis terbagi atas dua yakni dismenorhea yang dilihat dari jenis nyerinya dan dismenorhea yang menandakan ada tidaknya kelainan.
Untuk dismenorhea yang dilihat dari jenis nyerinya terbagi lagi atas dua yaitu dismenorhea spasmodik dan dismenorhea kongestif. Dismenorhea spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum menstruasi atau segera setelah menstruasi mulai. Banyak wanita terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah wanita muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenorhea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula wanita yang tidak mengalami hal seperti itu.
Penderita dismenorhea kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa menstruasi akan dating. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, bra terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 sampai 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama menstruasi, orang yang menderita dismenorhea kongestif akan merasa lebih baik.
Lain halnya dengan dismenorhea yang dilihat dari ada tidaknya kelainan atau penyebab yang dapat diamati yakni dismenorhea primer dan sekunder. Dismenorhea primer biasanya mulai terjadi dalam 6 hingga 12 bulan setelah menarche (pertama kali menstruasi). Gejala yang terjadi berupa nyeri perut bagian bawah dimulai saat menstruasi dan berakhir 8 hingga 72 jam. Bisa diikuti dengan rasa nyeri bagian punggung, pinggang hingga nyeri pada paha bagian depan atau tengah, bisa disertai dengan sakit kepala, diare, mual/ muntah, dan lain-lain. Saat menstruasi, pelepasan sel-sel endometrium akan diikuti dengan dikeluarkannya prostaglandin yang akan menyebabkan timbulnya iskemia, kontraksi miometrium dan vasokonstriksi. Pada perempuan dengan dismenorhea yang berat menunjukkan terjadi peningkatan prostaglandin pada darah menstruasinya. Bila dibandingkan antara perempuan yang mengalami dismenorhea primer dan yang tidak mengalaminya, maka pada dismenorhea primer terjadi peningkatan aktivitas otot uterus yang juga diikuti dengan peningkatan kekuatan dan frekuensi kontraksi. Beberapa keadaan di bawah ini yang dapat meningkatkan risiko mengalami dismenorhea primer yakni wanita yang merokok, wanita yang minum alkohol selama menstruasi karena alkohol akan memperpanjang nyeri pada saat menstruasi, wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas, wanita yang tidak memiliki anak, Menarche dini (wanita yang pertama menstruasi sebelum umur 12 tahun) dan mempunyai riwayat yang sama dalam keluarga.
Dismenorhea sekunder bisa terjadi kapanpun setelah menarche, tetapi paling sering ketika perempuan berumur 20an atau 30an tahun, setelah beberapa tahun mengalami siklus normal tanpa rasa nyeri. Biasanya disertai dengan adanya kondisi keluar darah menstruasi yang banyak (menoragi) selama masa menstruasi dan atau tidak teratur (metroragi). Tidak teratur di sini adalah dalam satu bulan bisa terjadi dua kali siklus atau bahkan siklusnya memanjang dan sifatnya periodik (terjadi setiap bulan), terjadi nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia), keluar cairan dari vagina secara berlebihan dan nyeri ini tidak dapat disembuhkan dengan obat golongan NSAIDs (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Diduga peningkatan prostaglandin juga ikut berperan di sini, akan tetapi bisa disertai dengan adanya kelainan atau penyakit pada pelvic (panggul). Penyebab tersering adalah endometriosis, kista, leiomioma, adenomiosis, polip endometrial, chronic pelvic inflammatory disease (PID), dan pemakaian IUD.
Penanganan yang dianjurkan untuk mengatasi rasa sakit saat menstruasi bisa dilakukan secara non medis (sendiri) dan medis (obat). Untuk terapi yang bisa dilakukan sendiri disaat menstruasi dan nyeri terjadi yakni beristirahat dengan mengurangi aktifitas yang berat, berbaring atau tiduran (posisi tidur atau menekukan kaki ke perut), melakukan kompres perut yang terasa sakit dengan air hangat, sampai kepada melakukan modifikasi diet (nutrisi) dengan meningkatkan asupan protein , asam omega 3, magnesium, vitamin E, seng dan tiamin (vitamin B1), menurunkan asupan gula dan kafein, mengkonsumsi suplemen-vitamin, dan tentunya rutin berolahraga. Jika penanganan diatas telah dilakukan namun rasa sakit yang berat dan menganggu tetap terjadi setiap datang menstruasi sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mengetahui penyebabnya secara pasti dan mendapatkan terapi yang tepat.
Sumber : http://www.iknow.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar